Dasar dasar Cara Belajar Psikologi Membaca Pikiran Orang Lain
Dasar dasar Cara Belajar Psikologi Membaca Pikiran Orang Lain - Belajar psikologi untuk membaca pikiran orang lain ternyata tidak mudah. Sebab, banyak faktor yang menentukan sifat dan perilaku mereka. Dalam belajar psikologi
kamu akan mempelajari kehidupan kejiwaan manusia meliputi perasaan,
sikap, pikiran, serta proses kejiwaan lainnya. Tidak hanya mencari tahu
masalah-masalah kejiwaan manusia, kita juga akan diajarkan cara mencari
solusi atas beragam permasalahan tersebut.
Kemampuan ini sendiri muncul sejak
manusia dilahirkan. Bayi yang baru lahir lebih menyukai wajah seseorang
dibandingkan stimulus lainnya, dan bayi berusia beberapa minggu sudah
mampu menirukan ekspresi wajah. Dalam 2 bulan, bayi sudah dapat memahami
dan berespon terhadap keadaan emosional dari pengasuhnya.
Belajar Psikologi |
Nancy Eisenberg, profesor psikologi
di Arizona State University dan ahli dalam perkembangan emosional,
menuturkan hubungannya dengan belajar psikologi bahwa bayi berusia 1
tahun mampu mengamati ekspresi orang dewasa dan menggunakannya untuk
menentukan tingkah laku berikutnya. Lanjutnya, bayi usia 2 tahun mampu
menyimpulkan keinginan orang lain dari tatapan matanya, dan di usia 3
tahun, bayi dapat mengenali ekspresi wajah gembira, sedih atau marah.
Saat menginjak usia 5 tahun, bayi sudah memiliki kemampuan dasar untuk
membaca pikiran orang lain; mereka telah memiliki “teori pikiran.” Bayi
tersebut mampu memahami bahwa orang lain memiliki pemikiran, perasaan
dan kepercayaan yang berbeda dengan yang mereka miliki.
Anak-anak tadi mengembangkan
kemampuan membaca pikiran dengan mengamati pembicaraan orang dewasa,
dimana mereka membedakan kompleksitas aturan dan interaksi sosial.
Selain itu, kegiatan bermain dengan teman sebaya juga dapat melatih anak
untuk membaca pikiran anak lainnya. Namun, tak semua anak bisa
mengembangkan kemampuan ini. Anak-anak yang mengalami penelantaran dan
kekerasan cenderung mengalami hambatan dalam mengembangkan kemampuan
membaca pikiran ini. Sebagai contoh, anak yang dibesarkan dalam keluarga
yang penuh dengan kekerasan, mungkin akan jauh lebih peka terhadap
ekspresi marah, walaupun sesungguhnya emosi marah tidak muncul.
Lanjut lagi, kemampuan belajar
psikologi membaca pikiran yang lebih maju biasa muncul pada masa remaja
akhir. Hal ini terjadi karena kemampuan untuk menyimpan perspektif dari
beberapa orang di saat yang sama—dan lalu mengintegrasikannya dengan
pengetahuan kita dan orang yang bersangkutan itu—seringkali membutuhkan
kemampuan otak yang sudah jauh berkembang.
Dasar dasar Belajar Psikologi dengan Beberapa Tips Membaca Pikiran Orang Lain
Belajar psikologi dengan berusaha
membaca bahasa tubuh adalah komponen inti dari membaca pikiran. Lewat
bahasa tubuh, kita bisa mengetahui emosi dasar seseorang. Peneliti
menemukan bahwa ketika seseorang mengamati gerak tubuh orang lain,
mereka dapat mengenali emosi sedih, marah, gembira, takut dll, bahkan
ketika pengamatan hanya dilakukan dengan pencahayaan yang minim.
Ekspresi wajah juga merupakan
penanda bagi kita untuk dapat mengetahui apa yang dipikirkan orang lain.
Namun sayangnya, banyak dari kita yang tidak mampu untuk mendeteksi
ekpresi ini. Salah satu sumber yang kaya akan penanda ini adalah mata
seseorang; otot-otot di sekitar mata. Mata seseorang adalah sumber
penanda yang paling kaya jika dibandingkan bagian lain yang ada di
wajah. Contohnya: mata yang turun ketika sedih, terbuka lebar ketika
takut, terlihat tidak fokus kala sedang berkhayal, menatap tajam penuh
kecemburuan, atau menatap sekitarnya ketika tidak sabar.
Kita dapat semakin tahu pikiran
orang lain dari komponen-komponen dalam percakapan kata-kata, gerak
tubuh, dan nada suara. Namun diantara ketiganya, Ickes menemukan bahwa
isi pembicaraan menjadi komponen terpenting dalam membaca pikiran dengan
baik.
1. Kenalilah orang lain
Kenalilah orang lain. “Kemampuan
membaca pikiran akan meningkat, semakin kita mengenal lawan bicara
kita,” kata William Ickes. Jika kita berinteraksi dengan seseorang
selama kurang lebih sebulan, kita akan lebih mudah untuk mengenali apa
yang ia pikirkan dan rasakan. Hal tersebut dapat terjadi karena: kita
mampu mengartikan kata-kata dan tidakan orang lain dengan lebih tepat,
setelah mengamatinya dalam berbagai situasi; kedua, kita mengetahui apa
yang terjadi dalam hidup mereka, dan mampu menggunakan pengetahuan itu
untuk memahami mereka dalam konteks yang lebih luas.
2. Minta umpan balik
Penelitian menunjukkan bahwa kita
dapat meningkatkan kemampuan membaca dengan cara menanyakan kebenaran
dari tebakan kita. Misalnya, “Saya mendengar, sepertinya Engkau sedang
marah. Benar tidak?”
3. Perhatikan bagian atas dari wajah
Emosi yang palsu, biasanya
diungkapkan pada bagian bawah wajah seseorang. Sedangkan, menurut Calin
Prodan—profesor neurologi di University of Oklahoma Health Sciences
Center, emosi utama bisa dilihat dari sebagian ke atas wajah, biasanya
di sekitar mata.
4. Lebih ekspresif
Ekspresivitas emosi cenderung timbal
balik. Ross Buck, “semakin kita ekspresif, semakin banyak pula kita
akan mendapat informasi mengenai kondisi emosional dari orang lain di
sekitar kita.”
5. Santai atau Rileks
Menurut Lavinia Plonka, pengarang
Walking Your Talk, seseorang cenderung “menyamakan diri” dengan lawan
bicaranya melalui postur tubuh dan pola napas. Jika anda merasa tegang,
teman bicara anda bisa saja, secara tak sadar, menjadi tegang pula lalu
terhambat, dan akhirnya menjadi sulit untuk dibaca. Ambillah napas
panjang, senyumlah, dan coba untuk menampilkan keterbukaan dan
penerimaan kepada siapapun yang bersama anda.
Perlu kita ingat, bahwa ekspresi
emosi bisa berbeda di berbagai budaya. Ekspresi sedih di satu budaya,
bisa jadi diinterpretasikan sebagai emosi lain di budaya lain. Jadi jika
ingin membaca seseorang, kita perlu memperhatikan pula unsur budaya
yang berlaku di tempat tinggal orang itu, jangan sampai salah menebak,
atau bahkan memicu terjadinya kesalahpahaman.
Kita juga tak bisa mengesampingkan
fenomena membaca pikiran ini sebagai sebuah fenomena yang biasa
diasosisasikan dengan kemampuan supranatural, sebab percaya tidak
percaya, memang ada orang-orang yang memiliki kemampuan untuk membaca
pikiran yang sulit dijelaskan ilmu pengetahuan. Setidaknya penulis telah
menemukan beberapa orang dengan kemampuan membaca pikiran, yang bahkan
mampu melihat masa depan dan berbagai macam hal yang sulit diterima
nalar.
Nah, jika kamu tertarik pada
perilaku manusia dan ingin memahami mengapa seseorang berperilaku
tertentu, kamu bisa memilih Psikologi sebagai program studi (prodi)
kuliahmu. Pada Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN),
prodi Psikologi biasanya masuk ke kelompok kajian Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS), hanya Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung yang
memasukkan Psikologi pada kelompok prodi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
Balajar psikologi juga akan belajar
tentang fisiologi manusia seperti anatomi, genetika, dan ilmu faal. Kamu
juga akan belajar ilmu-ilmu sosial seperti antropologi, sosiologi,
filsafat, hingga kriminologi. Secara khusus, kamu akan diajarkan tentang
cabang-cabang ilmu psikologi, misalnya psikologi konsumen, psikologi
lingkungan, psikologi organisasi, dan psikologi kognitif.
Nantinya, kamu dapat memilih
beberapa konsentrasi psikologi yang akan menjadi dasar kariermu. Dengan
begitu, ketika lulus, kamu akan menjadi spesialis dalam bidang psikologi
klinis, psikologi behaviouristik, psikologi perkembangan, psikologi
pendidikan, psikologi industri dan organisasi, serta psikologi sosial.
Demikian pejelasan mengenai Dasar dasar Cara Belajar Psikologi Membaca Pikiran Orang Lain, semoga bermanfaat.
(Pelajari juga mengenai Macam macam Gaya Belajar serta Kekurangan dan Kelebihannya, dan Kata kata Motivasi Belajar Para Ilmuan Dunia).